EkbisGaya HidupHiburan

Gubernur NTT dan Sekda Belu Tanam Jagung Program TJPS Pola Kemitraan di Desa Dafala

Avatar
265
×

Gubernur NTT dan Sekda Belu Tanam Jagung Program TJPS Pola Kemitraan di Desa Dafala

Sebarkan artikel ini

ATAMBUA,(LINTASTIMOR.COM]- Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Belu, Johanes Andes Prihatin mendampingi Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat saat melakukan Penanaman Simbolis Jagung Program TJPS Pola Kemitraan Seluas 21 hektar di Desa Dafala, Kecamatan Tasifeto Timur, Jumat (25/11/2022).

Dalam sambutan Gubernur, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada masyarakat di Desa Dafala yang berpartisipasi dalam program TJPS ini.

“Terima kasih karena sebagian dari kita yang sudah menyediakan waktu untuk program TJPS ini,” ucapnya.

Disampaikan pula, pertanyaan bagi kita, jika semua petani tidak menanam, pasti kita semua tidak bisa berbuat apa-apa dan kita pasti kesulitan. Belum lagi ditambah masalah kemiskinan, pendapatan, stunting dan masalah pendidikan dan kesehatan.

“Melihat kesulitan itu, Gubernur NTT merancang satu program untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, masalah pendapatan, masalah stunting, dan masalah yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan. Program tersebut adalah TJPS yang dirancang Gubernur NTT dan sudah berhasil dilaksanakan di beberapa kabupaten,” papar Kadis Lecky.

Kadis Pertanian menuturkan, Program TJPS memberikan satu pendekatan pembangunan yang sifatnya kolektif, kompherensif, terintegrasi, untuk mampu menyelesaikan persoalan sosial ekonomi yang sudah lama dialami oleh semua Kabupaten di NTT.
“Bantuan beras, BLT dan raskin bukan solusi penyelesaian kemiskinan, tetapi itu hanya penanganan emergency. Fondasi ekonomi yang kuat harus dibangun dari kapasitas aset-aset ekonomi yang dimiliki oleh petani,” ucapnya.

Saat ini, ungkap Kadis Lecky, petani kita saat ini hanya memiliki aset lahan. Sedangkan teknologi dan modal tidak punya, serta keterampilan masih belum optimal.
“Kita lihat saat ini, sistem kerja petani sangat jauh dari mekanisasi dan modernisasi. Kalau kita tidak rubah dan intervensi untuk menyempurnakan, maka apapun yang kita lakukan tetap tidak bisa menurunkan kemiskinan,” tukasnya.

Ia mencontohi, apabila dalam 1 hektar mendapatkan 1 ton jagung dengan hasil panen 4 juta rupiah, kemudian dalam 1 keluarga ada 4 orang. Jika dibagi, masing-masing orang akan mendapatkan kurang lebih 300 ribu rupiah dalam tiga bulan.

“Hasil seperti ini membuat kita tetap miskin, jika pola kerja kita tidak berubah. Oleh karena itu, kita harus memperbaiki manejemen ekosistem dengan melibatkan Bank NTT,” tandasnya. (prokopimbelu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot ||
slot88 ||
Server Thailand ||
Slot Gacor Maxwin ||
Slot gacor ||
slot online||
Slots ||
SBOBET||
game slot
daftar slot ||
slot game||
poker online
slot thailand||
game slot online||
situs slot||
slot gacor online||
situs slot terbaru||
slot terbaru||
idn slot||
slot gratis||
https://voiceofserbia.org||
https://tibetwrites.org/||